Sabtu, 19 November 2011

Ramadhan antara Kebutuhan dan Kewajiban


Ramadhan antara Kebutuhan dan Kewajiban
Oleh : Edi Sugianto*
Marhaban ya Ramadhan marhaban syahras shiyam! Ramadhan sudah diambang pintu. Momentum Ramadhan merupakan anugerah yang tak ternilai dan terbanding harganya bagi umat Islam yang iman atau mengimani puasa sebagai salah satu solusi hidup yang dihadapinya, terutama menyangkut spiritual sebagai hubungan vertikal kepada Tuhan. Namun puasa juga memiliki nilai-nilai horizontal yang juga harus diketuhui, dipahami dan disadari oleh umat Islam.
Anugerah Ramadhan yang besar ini, tidak akan disia-siakan oleh umat Islam yang mengetahui faedah dan hikmah yang terdapat dalamnya. Beda hal nya dengan orang awam, yang tidak mengetahui apa dan bagaimana hakikat puasa. Sehingga ada ungkapan “berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali rasa lapar dan haus saja”.
Puasa artinya menahan, bukan hanya sekedar menahan rasa haus dan lapar, akan tetapi menahan atau membaikot diri dari segala hal yang membatalkan atau bahkan menghapus nilai pahala puasa yang dikerjakan sehari penuh itu harus diketahui. Menahan diri sejatinya bukan hanya di dalam bulan Ramadhan, karena Ramadhan hanyalah wadah di mana umat Islam melatih diri untuk menahan serangan musuh dari dalam yaitu nafsu yang cendrung menyuruh untuk mengerjakan hal-hal yang bersebrangan dengan hukum naluri fitrah manusia. Nafsu adalah musuh dalam selimut manusia, karena nafsu berada di dalam diri manusia.  Di dalam jiwa manusia secara fitrah, telah terdapat dua unsur yang saling berlomba-lomba, yaitu unsur baik dan jahat. Siapa yang kuat, maka akan menjadi penguasa.
Orang Islam yang mengetahui dan sadar, bahwa puasa ramadhan adalah moment yang paling tepat untuk meningkatkan kapasitas kecerdasan spiritualnya. Tentu mereka akan  menjalankan dan merasakan puasa sebagai kebutuhan yang diburunya. Tapi sebaliknya mereka yang tidak tahu dan sadar, akan menyambut ramadhan dengan muka masam, dan akan menjalankan puasa sebagai beban yang sangat memberatkan.
Puasa bukan syari’at baru dari Tuhan. Puasa telah disyari’atkan kepada umat-umat sebelum umat Muhammad Saw. Hal tersebut tentu memiliki titik tujuan yang berharga bagi eksistensi manusia sebagai hamba sekaligus wakil Tuhan di jagad raya. Puasa disamping memiki tujuan untuk mendidik manusia menjadi insan yang takwah (taat) kepada aturan Tuhan yang Esa (tujuan vertical), Puasa juga menawarkan solusi untuk menjadikan manusia menjadi manusi yang muhsin (saleh), yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi dalam hidup bersosial.   
Krisis moral yang menimpa manusia dewasa ini, karena ketidak berdayaan mereka untuk menahan diri dari larangan Allah Swt. kemudian jatuh ke dalam jurang kenistaan dan kesesatan. Seterusnya mengingkari kebenaran. Maka terjadilah korupsi, perzinahan, seks bebas, perusakan alam, pengguanaan NARKOBA dan lain sebagainya. Semua krisis moralitas itu akan sulit disembuhkan dan ditanggulangi  kecuali dengan Agama. Semua krisis diatas dilatar belakangi oleh krisis keimanan dan  kesadaran akan pentingnya peranan agama sebagai the way of life.     
Tidak bisa dipungkiri, memerangi hawa nafsu tidak semudah bertutur kata. Karena jihad yang paling besar adalah jihad melawan hawa nafsu, diyakini atau tidak kita akan  merasakannya dalam keseharian. Ramadhan sebagai syahrul jihad, juga menawarkan kepada umat Islam untuk menumbuhkan sikap jihad melawan hawa nafsu, kedengkian, ketamakan terhadap harta dan jabatan. Sehingga tumbuh kepekaan dan kesadaran sosial.
Kerinduan akan datangnya sang pujaan hati hanya dirasakan oleh mereka yang memujanya. Sama halnya dengan Ramadhan kerinduan akan datangnya, hanya dirasakan oleh mereka yang mencintai Ramadhan. Bahkan jauh-jauh sebelum sang kekasih datang, banyak hal harus dibenahi dan diperindah. Di dalam menghadapi Ramadhan, mereka yang merindukannya akan mempersiapkan diri sebaik dan seindah mungkin. Persiapan hati atau mental, persiapan akal dan persiapan fisik, tentu akan selalu diperhitungkan. Bahkan dua bulan sebelum datang Ramadhan, orang yang cinta akan selalu menyebut-nyebutnya dalam do’a “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan”.  
Mengutip perkataan K.Idris Djauhari yang kurang lebih seebagai berikut “ kerjakanlah segala sesuatu atas dasar ilmu dan keyakinan, niscaya kita akan merasakan hikmah-hikmahnya”. Marilah kita kerjakan Ramadhan dengan ilmu dan keyakinan, dengan itu kita akan melaksanakan puasa Ramadhan karena kita butuh bukan sekedar menggugurkan kewajiban, sehingga keluar dari bulan tersebut kita menuai hasil yang kita inginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar