Sabtu, 19 November 2011

Nuzulul Qur’an dan Malam Seribu Bulan


Nuzulul Qur’an dan Malam Seribu Bulan
Edi Sugianto*
Bulan suci Ramadhan tentu memiliki banyak hikmah dan tujuan di dalamnya. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an di akhir surat al-Baqarah ayat: 183. Bahwa tujuan yang paling utama dari puasa adalah “ agar kamu bertakwa”. Takwa dalam arti yang sebenarnya, yaitu menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya dalam keadaan ramai ataupun sunyi. Hal itu mengindikasikan, bahwa puasa memang harus dilakukan dengan hati dan penuh kejujuran kepada Tuahn Yang Maha Esa dan jujur terhadap diri sendiri.
 Takwa berarti juga muhsin, artinya berbuat kebajikan. Itulah pembuktian iman dan islam seseorang yang mengaku beragama, tidak hanya agama Islam, tapi nilai-nilai itu juga ada di dalam agama-agama lain. Tidak dikatakan sempurna agama seseorang apabila iman, Islam dan Ihsannya tidak saling berkaitan dan berkesinambungan.
Orang yang beriman kepada Allah Swt dan kitab suci Al-Qur’an. Tentu akan mengindahkan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan yang termaktup dalam Al-Qur’an. Contohnya, perintah mendirikan salat secara berkesinambungan. Ketika orang yang beragama telah menjalankan salat, maka Ia telah menjalankan syari’at, namun syari’at itu masih di tataran keislaman. Seseorang yang agamanya sempurna, tidak hanya berhenti hanya saja menjalankan syari’at salat atau menggugurkan kewajiban. Namun lebih dari itu, orang yang beragama harus tahu apa tujuan dan maksud disyari’atkannya salat (Maqosidu as-Syari’ah).  Salat ternyata melatih diri selalu ingat kepada Allah Swt agar tidak mudah melakukan perbuatan keji dan munkar. Orang yang melakukan keji dan munkar sudah dipastikan pada saat melakukanya, mereka lalai, lupa dan kehilangan keimanan atas pengawasan Tuhan-Nya.
Begitu juga dengan perintah puasa sama halnya dengan perintah salat yang dijelaskan di atas. Di samping orang yang beragama harus selalu beriman dan menjalankan perintah puasa dengan tuntunan yang benar. Mereka juga harus tahu  hikmah-hikmah yang ada dalam puasa itu, dan peristiwa apa saja yang terjadi.
Di bulan Ramadhan terjadi peristiwa agung dalam Islam, yaitu peristiwa turunnya Al-Qur’an dari Allah Swt. pada Nabi Muhammad Saw, melalui Malaikat Jibril. Namun, tidak sedikit yang salah paham dan tidak mengerti hal tersebut. Mengapa peringatan nuzulu Qur’an biasanya dilaksanakan pada 17 Ramadhan, padahal Qur’an diturunkan pada malam seribu bulan (lailatul qadar)?, yaitu pada malam (Ashrul Awakhir) sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an: Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadr 1-5).
Perbedaan Nuzulul Qur’an (17 Ramadhan) dan Lailatu Qadhar?         
Nuzulu Qur’an yaitu waktu turunnya Al-Qur’an dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) secara keseluruhan. Pada waktu itu bertepatan dengan malam Lailatul Qadar. Namun mengenai hal tersebut, memang terjadi perbedaan mengenai dhamir “hu” dalam ayat “inna anzalnahu. Apakah itu menunjukkan pada turunnya Al-Qur’an secara keseluruhan ke langit bumi pada malam lailatu qadar. ataukah menunjukkan pada sebagian saja, yaitu surah Al-‘Alaq Ayat 1-5 dari langit bumi pada nabi Muhammad?.
Namun ada hadist yang menerangkan hal tersebut. Dalam sebuah riwayat disebutkan, Ibnu Abbas RA menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang diturunkan pada Lailatul Qadar keseluruhnya; baru kemudian secara berangsur diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. (HR. Ath-Thabrani).
 Dari hadis diatas, maka jelaslah, bahwasanya Al-Qur’an diturunkan secara keseluruhan pada malam Lailatul Qadar. Lalu,  apa yang diperingati umat Islam pada 17 Ramadhan?, yang diperingati umat Islam setiap 17 Ramadhan adalah turunya sebagian Qur’an pada Nabi Muhammad Saw. yaitu surah Al-‘Alaq Ayat 1-5.”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Pada malam Lailatul Qadar disaat Al-Qur’an di turunkan dari Lauhil Mahfud ke Baitul Izzah. Dikisahkan bahwa pada malam itu langit menjadi bersih, tidak nampak awan sedikitpun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Malam itu adalah malam yang lebih baik dari siribu bulan. Mungkinkah umur kita sampai seribu tahun. Hal itu mengisyaratkan bahwasanya Allah Swt, melipat gandakan ganjaran segala amal baik manusia. Maka umat Islam sangat dianjurkan dan memperbanyak amalan-amalan, agar umat Islam berlomba-lomba untuk mendapatkannya, dengan shalat sunnah, memperbanyak membaca Al-Qur’an dan amalan-amalan lainnya. Namun, harus diingat, menyambut datangnya Lailatul Qadar tidak hanya giat pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Umat Islam harus jauh-jauh hari mempersiapkan dan membudayakan amalan dan kegiatan-kegiatan baik, sehingga dengan itu perjalanan Ramadhan terhiasi amalan shaleh. Dengan itu juga InsyaAllah kita semua akan menggapai “malam seribu bulan”.amien..  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar