Sabtu, 19 November 2011

Menyikapi Krisis Air Bersih


Menyikapi Krisis Air Bersih
Oleh : Edi Sugianto
Air sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia tidak bisa diragukan lagi akan kepentingan dan manfaatnya bagi manusia itu sendiri. Semua makhluk hidup yakni manusia, binatang, tumbu-tumbuhan dan lainnya tidak akan mampu lama bertahan hidup tanpa air. Kongkritnya, kita sebagai manusia mungkin beberapa hari bisa betahan hidup tanpa makanan yang masuk ke dalam tubuh, tapi manusia tanpa air tidak akan lama bertahan hidup. Betapa tidak, semua aktivitas dan kebutuhan sehari-hari sangat membutuhkan air, seperti memasak, mandi dan lainnya. Pertanian dan perindustrian pun akan tinggal nama jika air tidak ada, karena ketergantungan pada air hal yang sangat jelas dan tanpak.
Mengingat penduduk bumi setiap harinya semakin bertambah, tentu kebutuhan air sangatlah semakin diperhatikan. Dewasa ini, pemasokan air semakin berkurang hamper sepertiganya, bila mana dibandingkan dengan tahun 1970an, ketika itu penduduk bumi masih 1,8 miliar. Prediksi para ahli, pada tahun 2025 akan terjadi kelangkaan air bersih, sebab penduduk bumi pada saat itu akan mencapai 8,3 meliar. (Suara Karya, 16/09/2011: 11). Semoga hal tersebut hanya spekulatif yang salah, yang hanya sebagai bahan peringatan bagi manusia agar selalu menghemat dan menggunakan air sekedar kebutahannya.            
Kenyataannya, kekurangan air di berbagai belahan bumi dan daerah sudah semakin meningkat. Di Indonesia misalnya, kita bisa lihat bersama-sama di Umbul Si Gedhang dan Wadon di Jateng, surutnya debit air gunung yang mengancam irigasi dan sumber air minum bagi masyarakat semakin berkurang. Dulunya masyarakat di sana bisa menikmati debit air bisa mencapai 80-100 liter/detik. Namun sekarang telah berkurang menjadi 30-50 liter/detik, hal itu sangat mengancam pertanian dan ternak masyarakat. Hal itu juga terjadi, karena tidak adanya kontrol dan menejemen yang baik dari pemerintah, sehingga monopoli air oleh bebarapa pihak semakin merajalelah. Bahkan pemerintahpun mendudukung hal tersebut karena kebodohan dan  disertai alasan pelancaran pemebangunan ekonomi Negara dan lain sebagainya. Padahal hal tersebur bertentngan dengan prinsip demokrasi ekonomi kerakyatan. (Suara Karya, 16/09/2011: 11). Hal itu benar-benar salah satu praktik sistem kapitalisme yang sudah menjamur di birokrasi Indonesia, yang bersebrangan dengan UDD 1945 pasal 33.
  Langkahnya air bersih bukan hanya karena penduduk bumi semakin hari semakin bertambah. Namun, lebih dari itu hal yang lebih mengancam kelangkaan air bersih karena keserakahan tangan-tangan manusia, yang bodoh akan masa depan diri dan lingkungannya. Polusi (pencemaran) air dan udara semakin meningkat. Kita bisa lihat Sungai Ciliwung di Jawa Barat yang dulunya bersih dan indah, sekarang menjadi tumpukan sampah yang menggunung dan berbau busuk alias tak sedap di hirup dan di pandang matas. Argumentasi logisnya adalah, jika penduduk semakin hari semakin bertambah dan ketidak sadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan tidak kunjung berubah menjadi kesadaran yang aktif dan positif. Maka ramalan para ahli tentang kesulitan air bersih pada tahun 2025 akan menjadi bukti nyata dari keserakahan manusia.
Tuhan Yang Maha Esa telah menjadikan manusia sebagai makhluk di muka bumi, sekaligus wakil Tuhan untuk memelihara dan melestarikan bumi beserta isinya. Di samping manusia sebagai hamba-Nya, yang senantiasa harus patuh kepada perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika, pencemaran terjadi di mana-mana, apakah dibenarkan manusia telah menjalankan tugasnya sebaik mungkin?. Tentu tidak.
Oleh sebab itu, hemat penulis, melihat fenomena dan kasus di atas tidak ada pilihan lain bagi kita manusia agar selamat dari krisis dan kelangkaan air bersih untuk masa  sekarang dan akan datang, kecuali manusia sadar, bahwa air adalah kekayaan yang tak ternilai harganya untuk melanjutkan dan bertahan hidup, bagi kita dan generasi atau anak cucu selanjutnya. Hentikan pencemaran terhadap lingkungan. Meminjam pernyataan bijak Aa Gym, “mulailah dari sesuatu yang kecil, dari diri sendiri dan mulailah dari sekarang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar